Pernah gak sih kamu mikir: kenapa ada lingkungan yang adem, damai, semua saling support, tapi di tempat lain justru sering konflik, saling sindir, bahkan tawuran?
Jawabannya bisa jadi karena kohesi sosial.
Wait, kohesi sosial itu apa sih?
Tenang, kita bahas bareng-bareng, dari yang simpel, pakai contoh sehari-hari, plus selipan dari tokoh-tokoh sosiologi biar makin ngena!
Kohesi sosial itu kayak “lem sosial” yang bikin masyarakat tetap lengket, solid, dan saling percaya.
Kalau lemnya kuat, masyarakatnya stabil.
Kalau lemnya lemah, ya gampang pecah, dikit-dikit ribut.
Secara ilmiah, menurut Émile Durkheim, kohesi sosial adalah:
“The degree to which individuals in a society feel united by shared values, norms, and beliefs.”
Artinya: makin banyak kesamaan tujuan dan saling pengertian, makin kohesif masyarakatnya.
Bayangin kamu dan teman-teman sekelas lagi kerja kelompok. Kalau:
Itu contoh kecil dari kohesi sosial.
Tapi kalau ada yang males-malesan, nyinyir, atau main sendiri? Wah, udah mulai retak tuh lemnya.
Kohesi sosial gak berarti gak pernah konflik. Tapi kalau pun ada konflik, bisa diselesaikan tanpa drama atau kekerasan.
Kalau masyarakat punya aturan main yang sama, dan semua setuju buat ngejalanin itu, kohesi sosialnya jadi lebih kuat.
Misalnya:
Kohesi gak bisa tumbuh di tanah yang timpang.
Kalau masih ada diskriminasi, ketimpangan ekonomi, atau kelompok yang merasa tertindas kohesi sosialnya bakal rapuh.
Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris, bilang:
“Social cohesion depends on equality and inclusion in institutional arrangements.”
(Sumber: Sociology, Giddens, 2006)
Masyarakat jadi kompak kalau warganya merasa punya “ikatan emosional” dengan lingkungan sekitar.
Itulah kenapa sekolah yang inklusif, misalnya, biasanya lebih rukun karena semua merasa dihargai dan punya tempat.
Kita udah lihat contohnya di berita:
Semua itu bisa dicegah kalau kohesi sosial dijaga.
Kita gak perlu jadi pemimpin dulu buat jaga kohesi.
Cukup jadi warga yang aktif, peduli, dan terbuka sama sesama.
Tanpa kohesi sosial, masyarakat cuma kumpulan individu yang hidup bareng, tapi gak saling terhubung.
Tapi dengan kohesi sosial yang kuat, masyarakat bisa:
Kayak kata Durkheim lagi:
“Solidarity is not born of similarity alone, but of a shared commitment to live together in harmony.”
Jadi, yuk sama-sama jadi bagian dari penguat lem sosial di sekitar kita!
Kalau kamu setuju kohesi sosial itu penting, yuk share artikel ini ke teman-teman kamu. Siapa tahu, jadi pemantik buat lingkungan yang lebih adem dan rukun.