Émile Durkheim adalah salah satu tokoh sentral dalam sejarah sosiologi. Ia dikenal sebagai pelopor utama yang menjadikan sosiologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri dan memiliki metode ilmiah yang jelas. Lewat karya-karyanya, ia membuktikan bahwa fenomena sosial bisa dipelajari secara objektif dan sistematis, layaknya fenomena alam.
Durkheim sering dijuluki sebagai “Bapak Sosiologi Modern” karena perannya dalam membentuk fondasi keilmuan sosiologi sebagai disiplin akademis yang sah. Ia juga dikenal karena konsep-konsep penting seperti fakta sosial, solidaritas sosial, anomie, dan kajian sosiologis tentang bunuh diri.
Durkheim lahir dari keluarga Yahudi yang taat. Ayahnya adalah seorang rabi (pemuka agama Yahudi), dan awalnya Durkheim dipersiapkan untuk mengikuti jejak tersebut. Namun, seiring waktu, ia lebih tertarik pada filsafat dan ilmu sosial. Ia menempuh pendidikan di École Normale Supérieure, salah satu institusi pendidikan tinggi paling prestisius di Prancis.
Durkheim memulai karier akademiknya sebagai guru di berbagai sekolah menengah, sebelum akhirnya diangkat sebagai profesor sosiologi di Université de Bordeaux pada tahun 1887. Di sinilah ia menjadi pengajar pertama yang menggunakan istilah “sosiologi” secara formal dalam dunia pendidikan.
Tahun 1902, Durkheim diundang ke Université de Paris (Sorbonne), tempat ia mengembangkan dan memperluas pengaruh pemikiran sosiologisnya. Ia juga mendirikan jurnal ilmiah bernama L’Année Sociologique sebagai wadah publikasi riset-riset sosiologis.
Durkheim menyatakan bahwa fakta sosial adalah cara bertindak, berpikir, dan merasa yang berada di luar individu, namun memiliki kekuatan memaksa terhadapnya.
“Fakta sosial harus diperlakukan sebagai benda.”Émile Durkheim, The Rules of Sociological Method (1895)
Contohnya termasuk norma sosial, hukum, moral, dan adat istiadat yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat.
Dalam The Division of Labour in Society (1893), Durkheim menjelaskan dua bentuk solidaritas:
Konsep anomie diperkenalkan Durkheim untuk menggambarkan kondisi masyarakat yang mengalami kekosongan atau kerapuhan norma sosial akibat perubahan sosial yang cepat. Hal ini berdampak pada meningkatnya ketidakstabilan sosial dan gangguan integrasi individu dalam masyarakat.
Dalam risetnya yang terkenal ini, Durkheim menganalisis data statistik tentang bunuh diri di berbagai negara dan menunjukkan bahwa bunuh diri tidak semata disebabkan oleh faktor psikologis, melainkan dipengaruhi oleh kondisi sosial.
Ia mengidentifikasi empat tipe bunuh diri:
Durkheim meletakkan dasar-dasar sosiologi sebagai ilmu empiris dan rasional, yang tidak hanya bersifat spekulatif seperti dalam filsafat. Ia juga berkontribusi besar dalam:
Durkheim juga memberikan sumbangan besar dalam pemikiran tentang pendidikan sebagai sarana sosialisasi nilai-nilai kolektif dalam masyarakat.
Durkheim menikah dengan Louise Dreyfus dan memiliki dua anak. Tragedi besar dalam hidupnya adalah kematian putranya, André, yang gugur dalam Perang Dunia I. Peristiwa ini sangat mengguncang Durkheim secara emosional dan berdampak pada kesehatannya. Ia wafat pada 15 November 1917 di usia 59 tahun.
Émile Durkheim meninggalkan warisan intelektual yang luar biasa. Gagasan-gagasannya masih digunakan hingga hari ini untuk memahami berbagai gejala sosial dari masalah integrasi sosial, pendidikan, perubahan budaya, hingga krisis identitas di era digital.
Dengan menjadikan sosiologi sebagai ilmu yang objektif dan terstruktur, Durkheim membuka jalan bagi generasi selanjutnya untuk memahami bahwa masyarakat bukan sekadar kumpulan individu, tetapi sistem yang kompleks dan penuh dinamika.