
Apakah kamu pernah berpikir, “Kenapa ya, yang kerja keras tiap hari tetap aja pas-pasan, sementara yang udah kaya makin cuan?”
Yap, kamu nggak sendirian. Karl Marx udah mikirin hal ini dari tahun 1800-an, bro!
Dia bukan seleb TikTok, bukan juga orang yang doyan cari panggung. Tapi idenya soal ketimpangan sosial dan sistem ekonomi bikin geger dunia sampai sekarang. Bahkan, beberapa negara pernah nyusun negaranya berdasar ide-ide dia.
Jadi, Marx itu lahir di Trier, Jerman, tanggal 5 Mei 1818. Dari kecil dia udah pinter banget dan suka mikir yang dalem-dalem. Baca buku filsafat dan debat soal kehidupan itu hiburan buat dia (yup, beda banget sama kita yang healing nonton Netflix).
Dia kuliah di Universitas Bonn, terus pindah ke Berlin. Di sana dia mulai kenal sama teori-teori rumit yang belakangan jadi dasar pemikiran revolusioner banget.
Awalnya Marx kerja sebagai jurnalis. Tapi gara-gara tulisannya dianggap terlalu mengkritik pemerintah, dia dibredel. Akhirnya dia pindah-pindah negara, sampai akhirnya menetap di London.
Di situ dia ketemu sama sahabat sejatinya: Friedrich Engels. Nah, Engels ini anak orang kaya, tapi jiwa sosialnya tinggi banget. Dia support Marx secara finansial dan bantu nulis buku-buku penting. Mereka kayak duo maut padu banget!
Dari hasil “ngulik” dunia kerja dan kapitalisme, Marx nemuin satu hal:
“Yang punya uang dan alat produksi bakal terus di atas, sementara pekerja cuma jadi roda penggerak.”
Menurut Marx, sejarah umat manusia itu isinya ya konflik kelas terus:
“Si borjuis (pemilik modal) vs si proletar (kaum pekerja).”
Bareng Engels, Marx nulis Manifesto Komunis (1848) yang mulai dengan kalimat legendaris:
“Ada hantu yang gentayangan di Eropa hantu komunisme.”
Gokil kan? Ini bukan horor, tapi sindiran buat sistem sosial yang timpang.
Selain itu, dia juga nulis buku tebal banget, Das Kapital (1867), yang ngebahas gimana kapitalisme bikin ketimpangan makin gila. Walau bukunya berat, isinya punya pengaruh besar buat teori ekonomi dan sosial sampai sekarang.
Ironisnya, hidup Marx sendiri nggak pernah nyaman. Waktu tinggal di London, dia sering banget kekurangan duit. Bahkan beberapa anaknya meninggal karena nggak sanggup bayar pengobatan.
Tapi dia tetap nulis, tetap mikir, dan tetap ngasih kritik tajam buat sistem sosial yang menurut dia bikin manusia kehilangan kemanusiaan.
Dia meninggal di umur 64 tahun, 14 Maret 1883, dan dimakamkan di Highgate Cemetery, Inggris.
Setelah Marx meninggal, idenya malah makin ramai dibahas. Banyak gerakan politik, buruh, dan negara yang mengaku terinspirasi Marx.
Ada juga yang nyalahin Marx atas munculnya rezim otoriter. Tapi, penting banget dicatat:
Marx lebih fokus ngajak orang berpikir kritis dan sadar bahwa sistem yang sekarang belum tentu adil.
Buat KAMU yang suka nanya, “Kenapa ya hidup gini-gini aja padahal udah kerja keras?” belajar dari Marx bisa jadi titik awal buat paham struktur sosial di balik layar.
Jawabannya: masih banget.
Di era sekarang, saat ketimpangan sosial makin kelihatan, pemikiran Marx bisa jadi bahan refleksi. Bukan buat ikut alirannya mentah-mentah, tapi buat ngeliat dunia dari sudut pandang baru.
So next time kalau kamu melihat ketidakadilan, coba tanya:
“Apa kata Karl Marx soal ini?”